That’s what written in one of the souvenir I bought In Penang. Yes, I think I couldn’t agree more about that. Travel more – no matter you go, you’ll learn a LOT, like a lot.
Sebuah catatan, 4 days in George Town.
Bermula dari pekerjaan yang menculikku selama berbulan-bulan. Pekerjaan yang 90% harus aku handle sendiri ini membuat aku harus menutup mata pada kesenangan pribadi. Ya, pekerjaanku memang juga berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, namun jelas ini untuk bekerja. Aku belajar banyak juga – but hey, why don’t you travel alone ? It’ll be fun!
Dan begitulah – aku kemudian memesan tiket ke sebuah tempat yang tidak begitu jauh dan juga sangat menggoda untuk tahun baru. Dan tentu saja dengan satu alasan yang execuse yang tidak bisa ditandingi. Liburan! Work hard – travel hard.
Ya, sesederhana itu sebenarnya, kamu hanya butuh lebih banyak mengunjungi banyak tempat, mengenali budaya mereka dan enjoy. Secara otomatis itu akan membuat kamu belajar banyak pula tentang hidupmu sendiri. Well, for me that’s true.
Travel and learn more… you should.
Banyak pembelajaran yang kamu dapatkan dengan berkelana sendiri.
Pertama, tentu saja kamu belajar bertanggung-jawab terhadap dirimu sendiri. Kemanapun kamu pergi, kamu harus tahu apa yang kamu lakukan, kamu dituntut untuk bisa membawa dirimu sendiri di public yang kamu tidak tahu siapa, kamu dituntut untuk bergaul dengan siapa saja yang mungkin kamu temui di jalan.
Don’t trust no one.
Disini kamu dilatih untuk belajar insting. Kamu berlatih untuk belajar mempercayai dirimu sendiri dan bilang tidak pada orang lain. Iya gak sih ?
Pasti akan ada banyak godaan di jalan, seperti tawaran ke kuil ini, naik taksi ini dan banyak hal, namun kamu dituntut untuk bisa memutuskan apa yang kamu ingin lakukan, tidak menunggu keputusan dari yang lain. Beda dengan travel berdua misalnya, kalian pasti harus bersepakat sebelum menuju satu tempat atau melakukan sesuatu, namun menjadi solo traveler kamu dapat privilege tambahan untuk bisa mandiri, memutuskan semua sendiri, namun semua resiko juga ditanggung sendiri, dan bila kamu sudah tahu apa yang kamu lakukan, kebanyakan keputusan yang kamu ambil pasti menguntungkan dirimu atau bisa membuat hari-harimu menjadi lebih bahagia, yes ?
Ah, tentu saja saya tidak ada apa-apanya dengan banyak traveler yang sudah keliling dunia. Saya masih di lingkup Asia saja yang bahkan ada beberapa Negara masih berbahasa Melayu. Bayangkan bila kamu berada di satu tempat dimana kamu tidak begitu mengenal bahasanya – well, that’s why language is important here. Kamu dituntut belajar lagi.
Semalam saya tiba di Penang, di pantai barat laut semenanjung Malaysia, kota utamanya George Town-lah yang membawa saya kesini. Kota berpenduduk sekitar 1,6 juta ini didiami oleh beberapa etnis, etnis China, Melayu dan Tamil ( India ) namun konon yang terendah prosentasenya untuk penduduk muslim dan melayu di Malaysia namun golongan ekspatriat tertinggi.
Well, okay. Apa yang saya lakukan disini ? Sepertinya saya punya ide yang sangat cemerlang. Saya tidak hanya berlibur sebagai tourist, tentu saja saya mengunjungi banyak tempat rekreasi yang terkenal dikunjungi wisatawan. Namun saya juga menikmati hidup saya disini. Baru saja saya mengendarai sepeda saya ke city hall yang terletak di pinggir pantai … menemukan sebuah tempat yang sangat tepat untuk duduk dan menulis. Dan saya pun memulai untuk menjadi saya sendiri – dan tebak, saya sangat bahagia.
Beberapa hal yang harus lebih diperhatikan ketika travel :
1) Count the currency comparing to IDR or USD – so you’re not gonna make mistake again to pull cash from ATM or whatever you might do. Like do shopping, you have to count it first. Like today, I pull cash 1500 RM = IDR 4.500.000 – that’s quite a lot money to carry and considering that you’ll go around. So, I think the lesson is have enough money, not more not less.
2) See around no driver. You should find it yourself, have someone to show around sometimes is not make you learn anything. With go by yourself, you will find the direction.
3) Enjoy every moment that you can. Be a good friend with your insting, that’s the most important.
4) Hang around with Local, they know what’s the truth about the place rather than the guide ( ha! )
5) Try to speak the native language and you can be more ‘involved’.
Sangat mengejutkan ketika banyak etnis disini dan dikumpulkan dalam jarak yang sangat dekat. Bayangkan saja, di area heritage George town ini – saya menemukan ada “ Pinang Peranakan Mansion” yang notabene adalah mansion leluhur melayu jaman dulu sangat berdekatan dengan Little India dimana komunitas India berkumpul, dari mulai street food – hingga tempat sembahyang – tak jauh dari situ, suara adzan berkumandang. Dan Masjid yang megah berdiri. Sungguh suatu komunitas yang tidak bisa saya bayangkan sebelumnya. Apakah ini benar seperti terlihat secara harafiah atau bila ditelusuri lebih lanjut mungkin akan mendapatkan cerita yang berbeda.
– Bangunan Tua dan Mural.
Dunno why – but I like this one a lot. Kreatif sekali – dan padanan mural dengan batu bata yang sudah tua dan keropos sepertinya cocok sekali. Dan sepertinya aku merasa ‘cocok’ di daerah ini. Dibutuhkan 3 hari untukku hunting mural dari semua yang sudah dibuat. Ini beberapa contoh-nya.
Agak kesulitan ketika kamu tidak punya panduan, dan ketika kamu cuman berjibaku di jalan paling happening di George town yaitu Armenian Street. Mural kakak beradik bersepeda yang seakan menjadi ikon menjadi daya tarik tersendiri di jalan ini. Beberapa shop souvenir, Mehndi, tattoo ala India dan juga berbagai jajanan membuat hampir seluruh turis tumpek bleg disini.
Setidaknya apa yang saya lakukan waktu itu sangatlah pas. Menginap di agak luar wilayah yang dinobatkan UNESCO sebagai heritage site di jl. Phuan Lim Leong sekitar 8 menit dengan sepeda, saya senang sekali.
Ok. Sebentar, saya beberkan pelan-pelan tentang kota ini. Bila Anda melihat peta, kota George Town – ibukota dari Penang ini, alamat saya agak berada di luar wilayah, namun tidak begitu jauh. Dari awal saya memang mencari tempat yang bukan hotel, alasan utama tentu saja budget, lalu kemudian saya berpikir saya ingin bertemu orang local dan berteman, mengorek banyak hal dari mereka. Saya tidak ingin menjadi turis yang pulang ke hotel lalu tidur.
Lalu akhirnya saya menemukan sebuah tempat dari hasil mencari di trip advisor, sebuah penginapan, sebuah rumah tepatnya bernama Old Penang House. Dari sana saya melihat foto dan juga detail yang menyertai, dan saya rasa pas sekali dengan apa yang saya mau. Hanya dengan 60 Ringgit semalam, atau sekitar 180 rupiah + 10 ringgit (30.000 rupiah )/hari untuk menyewa sepeda, saya mendapatkan apa yang saya mau! Dan rasanya.. Bahagia! Semesta.. serius lo!
Setiap hari saya mengkayuh sepeda gayung saya ke George Town yang hanya membutuhkan waktu 8 menit – dengan medan yang datar. Easy, easy!
Di Penang, banyak mobil mahal dan mereka drive so fast, too fast I think. Kita harus berhati-hati, sangat berhati-hati, khususnya di daerah kota. Bila sudah masuk ke George Town, sepertinya mereka agak pelan. Banyak Jl. Sehala ( yang awalnya saya piker nama jalan ) ternyata adalah jalan satu arah alias one way. Namun yang pasti, bagi yang suka travel dan olahraga, bike is the only and smart choice! Saya hanya tinggal mencari tiang kokoh untuk parkir dan mengunci sepeda – dimana sangat, sangat mudah mendapatkan di seluruh jalan di GT dan kemudian jalan kaki untuk lebih explore.
Saya tinggal 5 hari di Penang, dan buat saya cukup untuk kunjungan pertama. Saya tidak terburu-buru dan menyusun semua jadwal untuk melihat semua tempat. Hampir setiap hari saya berangkat jam 9-10 pagi dan hampir tidak punya rencana, paling hanya punya satu tujuan dalam satu hari, sisanya adalah spontaneous, and trust me, spontaneous makes you alive! Makes you happier and happier! I’m really happy with what I achieve these 5 days in penang, dengan semua spontanitas yang saya lakukan. Meski terkadang panas terik, saya berteman baik dengan insting saya – ketika saya melihat sesuatu yang bagus dan ingin berhenti. Saya berhenti. Hasilnya ? saya punya banyak teman baik di George Town maupun di luar. Saya diajak main ceki oleh Bapak-bapak ( mungkin satu banjar ), berkenalan dengan gadis chinese penang yang membuka bisnis café di ujung jalan ( and very nice! ) berteman dengan beberapa penjual souvenir dan membuat terpesona seorang supir taksi. Haha! Dia khawatir sekali saya jalan malam-malam sendiri dan travel sendiri. Like – wow! What the hell are you doing here girl!
Beberapa malam makan di pusat jajan di daerah GT dan bertemu traveller yang lain dan berteman. Seorang British yang sudah kali kelima ke Penang, seorang Bapak dan putri cantik berumur 10 tahun yang travel ke SEA selama 3 bulan dan seorang mempesona bertatoo yang hanya melempar senyum, mengangkat gelas birnya lalu pergi. Ketemu lagi di ujung jalan ketika aku bersepeda, memanggilku halo dengan kerasnya! Hahaha.. lalu kulebarkan senyumku and I said.. see u around – and left! God, I wish I stop and ask him for a drink. Hahaha..
Penang street food! OMG! Don’t ask me, it’s amazing! You can just be happy to see the food, see the anthusiasm how local people eat with family and friends and gathering every evening, dimsum, bakpao, nasi kandar, kwetiau… everything looks yummy and it is yummy! Saya mengundang David Roso kesini untuk street food. Ok, what else.
Pintu dan jendela. Kota ini penuh sekali dengan pintu dan jendela. Saya memotret banyak sekali pintu dan jendela, dan terkadang berhenti dan berbelok hanya untuk mengambil gambar dan memandanginya. Cantik dan colorful!
Saya bisa membuat satu edisi hanya untuk mengulas tentang pintu dan jendela. Sungguh, bagi saya kota ini punya charisma tersendiri, mungkin bagian dari saya juga dulu pernah disini, entah – yang pasti kedatangan pertama membuat saya banyak berjanji pada banyak orang dan pada diri sendiri kalau saya akan kembali.
Sun Yat Sen – Peranakan Mansion – dan banyak Peninggalan
Penang dengan komunitas chinese melayu-nya yang terkenal, dan ada di hampir seluruh jalan di George menyimpan dua cerita, Sun Yat Sen, seorang revolusiner China dan juga Peranakan atau bisa disebut sebagai nyonyah. Dua ini punya sebuah museum yang turis bisa datang kapan saja. Ketika saya mengunjungi Peranakan Mansion House, ditarik tiket 20 Ringgit, sekitar 80 ribu, banyak pengunjung yang sepertinya lebih lapar mengambil gambar daripada mengetahui apa yang sebenarnya terjadi disana. Hari berikutnya saya mengunjungi Based Sun Yat Sen dan ditarik tiket 5 Ringgit, dan .. tidak ada orang selain saya. Saya masuk dengan percaya diri, tersenyum dan memang sekalian saja masuk. Seorang laki-laki yang akhirnya saya ketahui bernama Ken memperkenalkan diri dan kemudian menjadi ‘guide’ saya dan bercerita banyak. Saya hanya mengerti 60% dari apa yang dia bicarakan, secara maaf saja, Inggris aksen chinese-nya itu saya kurang mengerti, namun karena saya gak enak selalu bilang, ‘pardon me’ akhirnya saya mengangguk-angguk saja dan juga bilang OK.. dan berhasrat tahu lebih banyak tentang Dr ganteng ini.
Akhirnya, saya terlalu betah di tempat ini. Satu jam sendiri dengan Ken, bertanya banyak hal, bercanda, dari mulai ngomong ttg subjet utama yaitu Dr Sun Yat sen, sampai ke shio lalu tentang senyum, aura, hingga keluarga. Akhirnya saya malah ditawarin foto-foto, dia yang mengambil gambarnya. Aksen chinanya begini.
“ Ok, ready… three, two .. one.. excellent! Look it first please..”
Ah, Ken! Lovely to meet you.
Little India
Komunitas India agak kurang ramah, well, ada juga pasti yang membalas senyum, namun cukup jarang. Namun setelah kita terlalu ramah, mereka juga pasti akan membalas obrolan J basically Little India pastinya sangat colorful dan meriah! Bagi saya lampu-lampu dan merah, hijau biru semua baju dan toko yang menjual aksesoris sangat menarik ditambah dengan music India yang mereka stel keras-keras. Little India, kurang lebih sama dengan yang ada di Singapore.
Transportation
Rapid penang, sebuah bus yang bisa anda pakai selama di penang, saya tidak ingin menulis seperti tour guide, but take this bus will be fun too and cheaper. Kira-kira 2 ringgit per jalan dari George Town ke Batu Feringgi misalnya – atau less than 1 ringgit untuk di dalam kota. Ada pula free shuttle khusus untuk turis – nah yang ini saya belum mencoba nih, saya cuman lihat aja brosurnya di map saya yang bejibun banyaknya, ha!
Taxi, well, ini cukup mahal buat saya, sekali jalan bisa 40 Ringgit, sekitar 120 ribu. Pilihan saya tetap sepeda!
Beach – Batu feringgi
Sepertinya setiap traveler selalu menanyakan ini. Dimana Pantai terdekat ? Seberapa jauh, seakan-akan sebuah kota kehilangan daya tariknya bila tidak mempunyai pantai yang layak dikunjungi. Penang punya Batu feringgi, buat saya yang tinggal di Bali, tempat ini sudah sangat touristic dan tidak terlalu menarik buat saya, paling yang menarik adalah bahwa banyak local berkunjung kesana ( dan saya suka di banding dengan banyak turis ) dan juga olahraga paralayang yang cukup digemari disana, Saya hampir mencobanya, namun karena saya travel sendiri dan cukup cemas dimana menyimpan tas saya yang berisi passport dan uang, dan dompet berisi ID lain..
So, ya, next time if I come with another person – for sure I will try it, it looks fun! So fun!
Bottom line, first trial – Mission acomplish. Berhasil. Satu yang tidak berhasil yaitu : belanja. Masih saja lapar mata dan belanja.
Next travel and trial will be informed soon. Haaa!
January sudah mau habis.
2014.